Image Hosting
Image Hosting

Pengurus Presidium Direshuffle
RUPIT–Belum lagi terbentuk Kabupaten Muratara, gonjang-ganjing dan saling sikut antara tokoh sudah mulai terlihat. Seperti Sabtu (8/5) diadakan Kongres Nasional Rakyat Muratara I dimotori Badan Komunikasi Masyarakat Muratara, namun justru tidak dihadiri Presedium Muratara.
Kendati hasilnya adalah melakukan reshuffle pengurus Presedium Muratara. Adapun beberapa tokoh dibelakang kongres adalah Sarkowi Wijaya, H Ismail Basri, Hatta Wazol dan lain-lain.
Dalam kongres di lapangan sepak bola Kelurahan Muara Rupit Kecamatan Rupit, sempat dipertanyakan keabsahannya, karena tidak dihadiri presidium dan juga mengenai wakil dari tujuh kecamatan.
Sarkowi Wijaya kepada koran ini menjelaskan, kongres ini tujuannya untuk menyatukan visi dan misi serta evaluasi terhadap presidium yang sudah bekerja selama ini. "Kongres ini juga dihadiri seluruh wakil dari tujuh kecamatan dan 85 desa serta 7 kelurahan di Muratara," jelasnya.
Evaluasi pertama adalah mengenai dana, dikatakan Sarkowi ia mendapatkan informasi bahwa Presedium mendapatkan bantuan dana dari Pemkab Musi Rawas Rp 225 juta, juga dana bantuan lainnya. "Saya mendengarkan banyak bantuan, namun kemana dana itu sampai ini tidak ada informasinya," kata Sarkowi Wijaya.
Kemudian mengenai sudah sampai mana kerja Presedium Muratara, pasalnya ia mendapatkan informasi pemerintah sedang menyusun grand design tentang pemekaran beberapa daerah pada Juni 2010. "Apakah Muratara masuk dalam grand design itu, saya pesimis masuk. Karena beberapa waktu lalu saya bertemu dengan orang Depdagri di Palembang, menjelaskan masih kurang Peta, kemudian dibantu oleh Gubernur Rp 30 juta untuk pembuatan peta," katanya.
Selain itu dari hasil kongres itu, dikatakan Sarkowi dibentuklah Tim 15, yang anggotanya terdiri dari dua orang perwakilan tujuh kecamatan plus seorang tokoh masyarakat. Dan terpilihlah Ismail Basri sebagai ketua Tim 15.
Terpisah, Ketua Tim 15 Ismail Basri, menjelaskan hasil pertemuan tim hingga pukul 00.35 WIB Minggu (9/5), ada beberapa hasil yang harus direkomendasikan. Pertama mempertahankan Suban 4 dan Suban 5 sebagai milik Muratara. Kedua, mempertahankan batas Jambi adalah jembatan antara Kabupaten Sarolangun dengan Muratara.
Ditambahkan Syarkowi, Sumber Daya Alam (SDA) yang terkandung di dalam bumi Muratara sangat banyak. Dari data yang didapatnya, bumi Muratara memiliki kandungan 12 jenis bahan galian, yakni Batubara, Emas, Marmer, Fosfat, Andesit, Bentonit, Batu Gamping, Granit, Obsidian, Sirtu, Zeolit, Trass, Seng, Besi dan Perak.
"Ada ratusan ribu ton batubara di Sungai Malam dan Sungai Aur di Rawas Ilir. Ratusan ton emas di Desa Karang Jaya, puluhan ribu ton marmer di Napalicin, Ulu Rawas," jelasanya.
Ketiga meminta Pemkab Mura menjaga kelestarian SDA di Muratara. Keempat melakukan pengawasa dan pengiringan pembentukan Kabupaten Muratara di Jakarta, serta melakukan Reshuffle pengurus Presedium Muratara.
"Sebagai langkah awal akan dilakukan Reshuffle pengurus Presedium Muratara. Karena selama ini yang bekerja hanya tiga orang, yakni M Ibrahim, Amri S dan Arjuna Jipri. Juga membuat AD/ART presidium karena belum ada dan membuat akta notaries," jelasnya.
Mengapa Muratara harus terbentuk? Bumi Muratara kaya dengan SDA yang menjadi modal awal untuk membangun Muratara kedepan. Selama ini kontribusi Muratara bagi PAD Kabupaten Mura dirasakan tidak sebanding dengan pembangunan yang diterima masyarakat Muratara.
Sebab kontribusi PAD masih didasarkan atas jumlah penduduk, sedangkan jumlah penduduk di Muratara hanya 26 persen dari total penduduk Kabupaten Mura. "Kondisi ini jika terus dibiarkan maka, kekayaan alam yang ada di Muratara akan semakin habis dan mulai terkuras. Karena sebagian kekayaan alamnya bersifat tidak bisa diperbaharui. Sementara belum ada Grand Design pembangunan Muratara," ungkap Syahril Moechtar, Foonder dan Deklarator Presidium Muratara, Sabtu (8/5).
Selain itu dikatakan Syahril, sudah 67 tahun Muratara hidup dibawah satu atap dengan Musi Ulu. Selama itu Muratara tidak efektif dan tidak efisien bahkan compang-camping karena memang sejarahnya bukan dirancang untuk pembangunan, tapi dirancang untuk perang. "Kesemuanya itu menyadarkan kita bahwa ada satu upaya berani, tanpa ragu-ragu untuk mengatakan kita akan membangun Muratara melalui gerbang pemekaran wilyah," ucapnya dengan penuh semangat.
Selain itu dijelaskan Syahril, landasan lain sebagai dasar perjuangan untuk pemekaran wilayah Muratara, yaitu Kultur Historis. Bahwa sebenarnya Onderafdeling Rawas dibentuk atas dasar satu kesatuan kultur masyarakat Rawas. Hanya kemudian 17 Februari 1942 Jepang berhasil menduduki Onderafdeling Rawas dan Onderafdeling Musi Ulu. "Sehingga pada 20 April 1943 Onderafdeling Rawas diganti namanya menjadi Rawas Gun, untuk kemudian digabungkan dengan Musi Ulu, Gun menjadi Bunsyu Musi Ulu Rawas atau yang lebih kita kenal sebagai Musi Rawas,"paparnya.
Selanjutnya, kata Syahril, landasan fisik Geografis. Mengingat Fisik Geografis eks kewadanaan Rawas seluas 9.852 KM atau 46 persen dari wilayah Kabupaten Mura, awalnya terdiri dari tiga kecamatan, kemudian berkembang menjadi tujuh kecamatan. "Lalu eks kewedanaan Musi Ulu Rawas seluas 11.661 KM2 ( 54 persen) yang kemudian berkembang lagi menjadi 14 kecamatan dimana geografisnya berawa-rawa dan dialiri banyak sungai, dirasakan sulit bagi management pemerintah kabupaten untuk melakukan rentang kendali,"tambah Syahril.
Syarkowi Wijaya menambahkan, SDA yang terkandung di dalam bumi Muratara sangat banyak. Dari data yang didapatnya, bumi Muratara memiliki kandungan 12 jenis bahan galian, yakni Batubara, Emas, Marmer, Fosfat, Andesit, Bentonit, Batu Gamping, Granit, Obsidian, Sirtu, Zeolit, Trass, Seng, Besi dan Perak. "Ada ratusan ribu ton batubara di Sungai Malam dan Sungai Aur di Rawas Ilir. Ratusan ton emas di Desa Karang Jaya, puluhan ribu ton marmer di Napalicin, Ulu Rawas,"jelasanya.
Sementara itu, Ketua Presedium Muaratara, Mat Brahim ketika dikonfirmasi tadi malam membantah rencana reshuffle kepengurusan Presedium dalam kongres kemrin. Menurutnya yang berhak melakukan reshuffle kepengurusan hanyalah Presedium bukan melalui kongres. "Tidak ada reshuffle, itu hanya keinginan beberapa orang. Yang saya tahu dalam kongres hanya disepakati membentuk tim kecil untuk membantui kerja presedium. Kalau ini saya sependapat dan sangat senang karena ada yang membantu," ucapnya.
Mengenai tudingan hanya tiga orang anggota Presedium yang selama ini berkerja menurut Brahim itu hanya pendapat orang diluar presedium. "Selama ini Presedium membagi tugas. Setiap anggota memiliki tugas masing-masing dalam rangka memperjuangkan pembentukan Muratara. Seperti halnya saya bersama Arjuna dan anggota lainya berangkat ke Palembang untuk melengkapi berkas yang diminta DPR masalah Peta. Jadi kalau ada orang yang mengatakan Peta tersebut dia yang membuat apa maksudnya?. Sejak Kamis (6/5) sampai Sabtu (8/5) pukul 10.00 WIB saya bersama Arjuna melengkapi Peta di Biro Pemerintahan Provinsi dan alhamdulilah sekarang sudah selesai," paparnya.
Dikatakan Brahim untuk masalah pertanggungjawaban dana yang masuk ke Presedium Muratara selama ini sudah disampikan ke ketua DPRD Kabupaten Mura. Karena secara tidak langsung DPRD Mura masih menjadi wakil rakyat Muratara. "Jadi bukan kepada Syarkowi pertanggungjawaban dana yang ada di Presedium yang ada saat ini. Kalaupun saya tidak hadir dalam kongres kemarin itu bukan karena saya menghindar. Karena undangan secara resmi sampai kerumah saya hari Jumat (7/5) pukul 14.00 WIB. Sementara saya masih ada di Pelembang untuk mengurusi peta," jelasnya.(tim)

Image and video hosting by TinyPic

    ShoutMix chat widget