Image Hosting
Image Hosting






Foto : Kholil/Linggau Pos
KOLAM :
Kolam yang direncanakan untuk pembibitan belut milik kelompok PPTM sementara ini dijadikan kolam ikan Gurame agar lebih manfaat. Foto diabadikan Rabu (12/5).







TUGUMULYO– Kelompok Tani (Poktan) budidaya belut, yang tergabung dalam pembinaan Panguyuban Patra Tani Modern (PPTM) Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas (Mura) merasa di rugikan dan tertipu. Pasalnya, bibit belut sudah dipesan melalui Agrin (konsultan) PKPL PT Pertamina sejak Oktober 2009 hingga saat ini belum diterima poktan, sehingga program budidaya belut gagal.
Menurut salah seorang anggota Poktan, Yf, warga Desa F Trikoyo, Kecamatan Tugumulyo, Kamis(13/5), pada 5 Oktober 2009 dapat penawaran untuk budidaya belut dari Agrin dan PKPL PT Pertanima Regional Sumbagsel. Dan pihak Pertamina siap menyalurkan pinjaman modal usaha Rp 75 juta/poktan.
Dari uang pinjaman Rp 75 juta, masing-masing poktan setelah akat kredit dengan jaminan sertifikat tanah dan kebun ke bank, menerima kucuran kredit Rp 71.000.000. Dengan rincian Rp 40 juta untuk pengadaan lahan, yaitu penyewaan lahan, media tanam ikan belut, pupuk dan alat-alat kerja. Kemudian Rp 31 juta diperuntukan pembelian bibit belut, biaya operasional dan simpanan pokok yang disetor ke PPTM.
Setelah mengikuti pelatihan budidaya belut di Palembang, dan penandatanganan MoU, pihak konsultan mengadakan bibit belut dan pakan dari Vietnam. Mengapa bibit belu harus dari Vietnam, menurut pihak konsultan karena bibit dari Vietnam adalah bibit unggul, karena dalam kurun waktu 4 bulan bobot belut 2-4 ekor bisa mencapai 1 KG, jadi sangat menguntungkan poktan. Dan inilah membuat petani tertarik untuk mengikuti program budidaya belut ini.
Tetapi dalam kenyataannya, pihak konsultan berencana ingin mendatangkan bibit belut dari Surabaya Jawa Timur, dengan jumlah bibit 16500 ekor/poktan, untuk 30 poktan yang telah menandatangi akat kredit. Dan sampai lebih kurang enam bulan ini bibit dan pakan belum datang, sedangkan jatuh tempo kredit sudah lewat.
"Kami merasa dipermainkan pihak PPTM yang diketuai oleh bapak Iwan Setia Budi, dan konsultan. Dalam ketentuan 1 bulan sekali akan diadakan rapat, guna mengevaluasi kegiatan poktan. Tetapi sejak akat kredit hanya satu kali pertemuan, sedangkan biaya rapat dan oprasional sudah disetorkan Rp 1 juta/poktan, dan uang oprasional itu ditransfer ke rekening ketua PPTM, atas nama Iwan Setia Budi. Setiap ditanya kapan rapat, dan kapan bibit serta pakan didatangkan, ketua PPTM mengatakan tunggu dari phak Agrim,"jelas Yf, dengan nada kesal.
Kemudian setelah dikoordinasikan dengan pihak Agrim, sehubungan dengan jatuh tempo kredit, maka pihak Agrim tidak akan menagih ke pihak poktan, dan akan dilakukan penjadwalan ulang, dengan perpanjangan akat kredit. Yang menjadi masalah, sampai sekarang masing-masing poktan tidak memegang surat perjanjian kerja sama dengan Agrim, dan berapa harga bibit yang dibeli.
Dan perlu diketahui, sejak uang dicairkan poktan tidak terima(pegang) uang pinjaman tersebut. Dan dari Rp 71 juta, Rp 40 juta pembuatan lahan, dan Rp 31 juta disetorkan lagi ke Agrim untuk membeli bibit belut dan pakan. petani betul-betul marasa dirugikan dan ditipu PPTM.
"Kerjasama itu tujuan awalannya untuk kesejahteraan petani dalam budidaya belut, yang bibitnya langsung dari negara Vietnam, tapi sampai sekarang ini bibit itu belum ada. Padahal dana sudah mencapai Rp 71 juta seluruhnya untuk pengelolahan ini," jelas Yf pada koran ini.
Lanjut dia, dana tersebut merupakan hasil pinjaman dari PT Pertamina selain dari uang itu petani juga banyak modal yang dikeluarkan dari kantong pribadi untuk pembuatan median, misalnya kerambah dasar sepanjang 5 Cm, diatasnya jerami sepanjang 5 Cm, diatasnya 10 Cm untuk lumpur tidak mengandung pasir. Kemudian pupuk kandang hingga dari sini petani banyak keluar modal. "Tetapi bibit belut itu belum ada sampai sekarang," kata YF.
Banyak kolam petani, sambung dia, telah dibuat menggunakan terpal dan disediakan untuk pembibitan belut sekarang sudah rusak. "Kolam saya saja semula dibuat untuk budidaya belut, tetapi sementara ini saya jadikan kolam ikan gurame daripada mubazir tidak terpakai," keluhnya.
Masih kata YF, kelompok tani yang dibentuk sebanyak 30 kelompok, untuk satu kelompoknya terdapat 11 kolam dengan ukuran kolamnya 3x5 Meter."Kalau dikalikan 30 kelompok sebanyak 330 kolam yang sudah disiapkan terlantar, dan ini sangat merugikan petani," jelas YF.
Direncanakan bibit tersebut dalam sekilo 5 ekor belut, didatangkan dari luar negeri Vietnam. "Dikhawatirkan walau nanti datang hanya bibit Belut dari dalam yang bobotnya sampai 1 KG hingga 10 KG lebih, itu juga tidak balik modal dari jumlah pinjaman," jelas YF.
Sekretaris PPTM, Suratman, saat dihubungi wartawan koran ini membenarkan sampai sekarang bibit belut tersebut belum didrop, dan para kelompok tani juga menanyakan hal tersebut. Rencananya dari Pertamina dan Agrim akan mengumpulkan para kelompok tani untuk menindaklajuti masalah ini,"jelas Suratman.(05)

Image and video hosting by TinyPic

    ShoutMix chat widget