Foto Agus/Linggau Pos
DEMO : Ratusan mahasiswa STIKES Fithrah Ardar Lubuklinggau melakukan unjuk rasa di depan Mapolres Lubuklinggau, Kamis (1/4).
LUBUKLINGGAU- Ratusan mahasiswa dan mahasiswi STIKES Fithrah Aldar Lubuklinggau melakukan aksi unjuk rasa ke Mapolres Lubuklinggau, Kamis (1/4). Mahasiswa berseragam putih-putih itu dikoordinatori, M Afthorsus.
Mereka menuntut anggota Brimob yang melakukan pemukulan terhadap tiga rekannya, yakni Veri Ardiansyah, Bambang dan Aryansah di kampus mereka, yang terjadi Selasa (30/3) lalu.
Para mahasiswa tersebut berangkat dari kampus sekitar pukul 10.15 WIB dengan berjalan kaki seraya membawa spanduk. Diantara spanduk yang mereka bahwa bertuliskan ’Tolong…, oknum Brimob mengamuk di asrama STIKES Fithrah Aldar.’ Lalu ‘Asrama STIKES punya aturan bukan kandang ayam’, ‘Polisi Brimob adalah pengayom bukan anarkis dan penindas serta pelaku kekerasan, ‘Seluruh mahasiswa menuntut keadilan atas penanganiayaan yang dilakukan oknum Brimob kepada rekan kami’.
Sekitar pukul 10.30 WIB, mereka tiba di depan Mapolres Lubuklinggau. Selanjutnya enam orang perwakilan bertemu Kapolres Lubuklinggau, AKBP Mukhlis di ruang kerjanya. Inti pertemuan itu, Kapolres menyatakan polisi akan mengungkap akar masalahnya. Jika termasuk pelanggaran kode etik kepolisian akan ditindaklanjuti hingga ke Polda Sumsel. “Bila termasuk tindak pidana umum, maka melalui jalur hukum,” ucapnya.
Sementara perwakilan mahasiswa, M Afthorsus meminta Polres Lubuklinggau supaya segera mengungkap kasus tersebut. “Kami harap dalam jangka watu dua hari, kasus ini dapat diungkap,” ujarnya. Sementara di halaman Mapolres Lubuklinggau, beberapa mahasiswa melakukan triatikal kronologis pemukulan oknum Brimob di kampus STIKES Fithrah Ardar Lubuklinggau, dan berorasi yang isinya meminta keadilan kepada aparat penegak hukum.
Koordinator Lapangan (Korlap), M Afthorsus menyatakan bahwa istilah melayani, mengayomi, melindungi masyarakat yang telah melekat dan tertanam di tubuh aparat kepolisian bahkan sudah menjadi doktrin sampai hari ini. Ini semua hanyalah sebuah simbol belaka dikarenakan ulah dari oknum yang berada di dalamnya kurang bertanggung jawab. Dalam kurung waktu dekat ini kinerja kepolisian banyak menjadi sorotan publik baik di tingkat nasional maupun daerah.
Hal ini ditandai dengan beberapa tindakan insiden represif dari oknum kepolisian terhadap masyarakat sipil, diantaranya insiden pemukulan mahasiswa di Jambi oleh anggota Brimob. Aksi penyerangan aparat di sekretariat salah satu organisasi kemahasiswaan di Makassar dan lain sebagainya. Tak kalah menyakitkan adalah penyerangan yang dilakukan oknum Brimob Lubuklinggau di wilayah kampus STIKES Fithrah Aldar Lubuklinggau. “Kami sangat menyayangkan tindakan ini, dimana seharusnya oknum tersebut menjalankan tugasnya sebagai pelayan, pengayom, dan pelindung masyarakat,” katanya.
Setelah lebih kurang satu jam, Wakapolres Lubuklinggau, Kompol Arief Wibowo bersama Kabag Min, Kompol Sahata Samosir, Kasat Intel, AKP Bambang Suwono dan beberapa anggota polisi menemui para mahasiswa itu. Usai diberikan tanggapan, puluhan mahasiswa membubarkan diri dan pulang ke asrama di STIKES Fithrah Aldar Lubuklinggau.
Usai para mahasiswa kembali di asrama, suasana di kampus tersebut mendadak mencekam. Pasalnya, beberapa oknum warga mendatangi kampus lalu menerjang-nerjang pintu gerbang seakan tidak terima ulah mahasiswa yang mengadu ke Mapolres Lubuklinggau.
Melihat oknum warga mengamuk, petugas keamanan langsung menghubungi Mapolres Lubuklinggau untuk meminta bantuan keamanan. Beberapa menit kemudian, Wakapolres, Kompol Arief Wibowo bersama beberapa anggota menuju ke kampus guna mengamankannya. Selanjutnya Kapolsek Lubuklinggau Barat, AKP Gunadi berikut anggotanya juga meluncur ke kampus untuk memperkuat penjagaan.
Danki Minta Maaf
Komandan Kompi (Danki) Brimob IV Lubuklinggau, Iptu Redi meminta maaf terkait pemukulan terhadap tiga mahasiswa STIKES Fithrah Aldar Lubuklinggau, oleh anggotanya, Az Cs. “Saya secara pribadi dan kesatuan Brimob meminta maaf kepada keluarga korban dan STIKES Fithrah Aldar Lubuklinggau atas insiden tersebut,” ucap Redi, kepada Linggau Pos, Kamis (1/4). Selain permohonan maaf secara lisan, sambung Redi, dirinya akan menyampaikan permohonan maaf secara tertulis namun berhubung ia sedang berada di Jakarta, maka surat tersebut akan menyusul. “Kami juga akan meminta maaf secara tertulis,” janjinya.
Redi sangat menyesalkan ulah anggotanya Az yang melakukan pemukulan mahasiswa di kampus STIKES Fithrah Aldar Lubuklinggau. “Saat ini Az masih dalam proses pemeriksaan dan akan diberikan sanksi sesuai tingkat pelanggarannya,” jelasnya.
Selama dua hari (Rabu-Kamis), tambah Danki, tim Brimob sudah melakukan upaya pendekatan dan perdamaian tapi belum menghasilkan kata sepakat. “Kami juga meluruskan informasi bahwa disebutkan, ada empat oknum anggota Brimob yang diduga melakukan penganiayaan. Setelah dilakukan penyelidikan, ternyata ada satu orang saja yang berbuat dan sisanya mungkin warga,” imbuhnya.
Terpisah, Kapolres Lubuklinggau, AKBP Mukhlis melalui Wakapolres Kompol Arief Wibowo kepada wartawan mengatakan, mahasiswa STIKES Fithrah Ardar Lubuklinggau siap menjadi saksi. “Saya katakan, tidak bisa semua jadi saksi. Sebab yang menjadi saksi adalah orang yang mengetahui, melihat kejadian tersebut dan nanti disumpah di pengadilan,” jelasnya.
Untuk pelanggaran disiplin, kata Waka, AZ itu diserahkan kepada ankum Brimobnya. “Pasal tindak pidana sama dengan warga sipil lainnya. Bedanya terletak hasil visum medis, apakah luka berat, ringan atau sedang,” akunya.
Disinggung soal pelaku, Waka menegaskan setelah hasil penyelidikan masih diketahui satu orang. “Sementara satu orang. Az mengaku sendirian melakukan pemukulan. Namun bisa saja bertambah, jika ada saksi yang mengetahui kejadian tersebut,” tandasnya.
Ditambahkannya, dia menyesalkan tindakan oknum Brimob yang memukul mahasiswa di kampus. “Tak seharusnya, anggota Polri bersikap seperti itu,” pungkasnya.
AZ Ngaku Kesal Adik Ipar Dianiaya
Anggota Brimob, AZ yang diduga melakukan penganiayaan terhadap tiga mahasiswa STIKES Fithrah Aldar Lubuklinggau, mengaku karena kesal dan emosi, setelah dilapori adik iparnya, M Agung Permana dipukul. “Ya, saya pukul perut korban, lalu teman-teman lainnya hendak mengeroyok sehingga saya terpaksa memukul lagi,” ungkap AZ didampingi mertuanya, Endang kepada wartawan koran ini, Kamis (1/4).
AZ meluruskan adanya pemberitaan ada tiga rekannya ikut melakukan pemukulan, menurut AZ itu tidak benar. “Saya datang sendiri ke kampus, lalu mencari nama pelaku pemukulan terhadap adik ipar saya,” katanya.
Ditambahkan Endang, pihaknya sudah melakukan upaya perdamaian dengan mahasiswa tersebut. “Ini bukti surat perdamaiannya, karena tidak ada materai maka belum ditandatangani,” imbuhnya, seraya tidak menyangka melapor ke pihak berwajib.
Mengenai anaknya M Agung yang diduga dipukul mahasiswa STIKES Fithrah Aldar Lubuklinggau, sambung dia, pihaknya juga melapor ke Mapolres Lubuklinggau supaya diproses secara hukum. “Kejadiannya, Selasa (30/3) sekitar pukul 17.30 WIB di Watervang. Saat itu, Agung sedang mengendarai sepeda motor dihadang oleh Bg. Tanpa sebab yang jelas, Bg mengerok Agung dan Meggy Alendra. Akibatnya, Agung dan Meggy merasakan leher bagian belakang, dan muka serta sekujur tubuhnya terasa sakit,” jelasnya.
Sementara itu, Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komsat Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIS) Bumi Silampari mengecam tindakan yang dilakukan oknum Brimob terhadap mahasiswa STIKES Fithrah Aldar. Untuk itu mereka mengimbau kepada Kapolres Lubuklinggau untuk mengusut tuntas kasus ini. Kemudian menindak tegas oknum Brimob yang melakukan tindakan tersebut.
“Apabila masalah ini tidak segera diselesaikan, maka mahasiswa akan melakukan aksi besar-besaran,” kata Ketua PMII Komsat STAIS Bumi Silampari, M Murtako.(12/10)
0 komentar