Image Hosting
Image Hosting

LUBUKLINGGAU-Zaman serba instant (praktis) saat ini mendorong anak menjadi egois. Sebab anak-anak jarang berkomunikasi dengan anak seusianya.
“Anak-anak sekarang menghabiskan waktu dengan bermain game, dan menonton tayangan televisi. Bahkan sebagian anak kalangan tertentu sudah main internet. Dengan permainan serba instant tersebut anak-anak menjadi tidak peka terhadap lingkungan. Hal itu disebabkan anak-anak jarang bermain bersama anak seusianya. Mereka main sendiri di rumah masing-masing,” demikian kata Ketua Komisi Pelindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Lubuklinggau, Astuti Karya Dewi dikediamannya di Jalan Mawar RT 4 No. 79 Kelurahan Watervang, Kecamatan Lubuklinggau Timur I, Sabtu (19/12).
Padahal, menurutnya, bermain bersama anak-anak akan mampu berinteraksi dengan lingkungan serta tertanam rasa kebersamaannya. “Dengan bermain, peran akan tumbuh secara harmonis,” ujarnya.
Dia mencontohkan, anak bermain masak-masakan. Jadi, ada yang membawa sayur-sayuran, membawa peralatan masak dan lain sebagainya. “Dengan demikian akan terjalin kerjasama dan kekompakan,” ungkap Dewi panggilan akrab Astuti Karya Dewi didampingi enam rekannya sesama pengurus KPAID, yakni Wakil Ketua Hairullah, Seketaris, Yenni Liberty, Pokja Sosialisasi dan Advokasi Antenif, Pokja Pengaduan dan Fasilitasi Pelayanan, Sakban, Pokja Pengembangan Kerjasama Kelembagaan dan Kemitraan, Sri Rahayu, dan Pokja Pemantau, Evaluasi, Pelaporan serta pengkajian, Rahim.
Lebih lanjut Dewi menjelaskan, anak-anak saat ini kehilangan alam sebagai tempat bermain. Untuk itu pihaknya selaku pengurus KPAID akan memperjuangkan ruang terbuka hijau yang layak untuk anak-anak bermain.
Tempat dimaksud selain tersedia fasilitas permainan anak, juga konfensional. “Bukan mainan serba instan. Disamping itu terdapat areal persawahan, ada sejumlah jenis tanaman, kolam ikan dan beberapa jenis hewan peliharaan. Untuk mewujudkan keinginan tersebut perlu dukungan Pemkot Lubuklinggau dan semua pihak,” ucapnya.
Program KPAID tersebut perlu disinergikan dengan program Pemkot Lubuklinggau. Apalagi kabarnya Pemkot Lubuklinggau akan mengembangkan tiga objek wisata masing-masing Bukit Sulap, Watervang, dan air terjun Temam.
“Watervang paling cocok untuk dijadikan tempat anak bermain. Sebab di Watervang sudah ada sawah, kolam ikan dan lain-lain. Dengan memperkenalkan sawah kepada anak, mereka mengetahui asal mula beras atau nasi. Dan pada akhirnya anak akan menghargai betapa sulitnya untuk mendapatkan nasi. Mungkin diantara anak kita ada yang tidak tahu proses itu,” paparnya.
Rencana tersebut merupakan program jangka panjang. Adanya ruang terbuka hijau untuk anak bermain salah satu syarat Kota Lubuklinggau menjadi kota layak anak. “Kami berkeinginan menjadikan Lubuklinggau sebagai kota layak anak atau istilah kami triple LA (Lubuk Linggau Layak Anak_. Itulah program jangka panjang KPAID,” tambahnya.
Untuk jangka pendek melakukan sosialisasi keberadaan KPAID di Kota Lubuklinggau. Sasaran utama sosialisasi guru SMA sederajad, SMP sederajat dan guru SD. Alsannya, berdasarkan hasil riset UNICEP dan Komisis Nasional Hak Azazi Maniasia (Komnas HAM) 67 persen kekerasan terhadap anak terjadi di lingkungan sekolah.
Maka dari itu guru menjadi sasaran utama sosialisasi. Selanjutkan anggota atau pengurus organisasi wanita. “Kami akan bekerjasama dengan Gabungan Organisasi Wanita (GOW), PKK, Darmawanita Persatuan dan lain-lain. Kerjasama dimaksud untuk menyukseskan kampanye, hentikan kekerasan terhadap anak sekarang juga,” pungkasnya.(02)

Image and video hosting by TinyPic

    ShoutMix chat widget