Image Hosting
Image Hosting

Ingin Operasi Tapi Terkendala Biaya

Senin, 28 Desember 2009


*Niko Adang Safaat, Bayi Penderita Hidrosefalus

Sejak dilahirkan, Niko Adang Safaat mengalami kelainan fisik di bagian kepala. Semakin hari tempurung kepalanya kian membesar akibat penyakit Hidrosefalus yang dideritanya.
Oleh: Santoso

KETIKA harian ini menyusuri Desa Y Ngadirejo, Kecamatan Tugumulyo, terlihat sebuah rumah setengah permanen dikelilingi pohon buah-buahan. Rumah berukuran 5x8 meter tersebut dihuni Suarjo bersama istri, anak, dan cucunya bernama Niko Andang Safaat.
Dengan penuh keramahan Suarjo yang kesehariannya bekerja sebagai petani menerima wartawan Linggau Pos. “Silakan masuk mas, maaf rumahnya berantakan,”ucap Suarjo.
Saat berada di dalam rumah terlihat Niko panggilan akrab Niko Adang Safaat terbaring diatas bantal sembari memainkan tangan dengan tatapan mata kosong. Sepintas dari raut wajah si balita itu terlihat tatapan mata yang penuh beban seolah memikirkan penyakit yang dideritanya. Kendati memiliki kelainan, aktivitas Niko setiap harinya tidak jauh beda dengan bayi seusianya. Hanya saja anak tunggal buah hati pasangan Suarko dan Aswarni tersebut sulit menggerakkan kepala. “Saya tidak sanggup bawa anak saya berobat, apalagi untuk operasi karena tidak ada biaya. Untuk makan saja susah,”cerita Aswarni dengan nada lirih.
Diceritakan Aswarni, penyakit Hidrosefalus dialami anaknya sudah berlangsung sejak 5 Mei 2009. Namun kala itu dia mendapat saran dari tim medis yang membantu melahirkan Niko untuk bersabar menunggu hingga satu bulan. Bahkan sebelum melahirkan Niko, Aswarni tidak memiliki firasat apapun terhadap bayi yang dikandungnya. “Saya tahu anak saya menderita penyakit Hidrosefalus saat melahirkan. Waktu itu kata bidan melihat perkembangannya kalau semakin membesar baru akan dioperasi,”ucapnya.
Setelah beberapa bulan berjalan, Aswarni melihat kepala anaknya semakin hari-semakin besar. Terhadap hal ini dia hanya bisa pasrah karena himpitan ekonomi yang dia alami. “Pernah ada orang yang menyarankan ikut dalam program berobat gratis Pak Gubernur Sumsel. Tapi kami sama sekali tidak tahu bagaimana caranya. Menurut orang itu kami harus mengurus surat keterangan tidak mampu ke pihak desa. Namun setelah kami mengurusnya sampai saat ini (Sabtu,red), surat itu belum juga keluar,”keluhnya.
Sementara Suarjo kakek dari Niko menambahkan, jika dirinya ikut serta dalam program berobat gratis tersebut akan menimbulkan masalah baru. Sebab untuk membawa Niko operasi ke Palembang memerlukan biaya yang cukup besar mulai dari transportasi, membeli obat-obatan diluar program berobat gratis hingga kebutuhan sehari-hari. “Paling tidak kami harus menyiapkan uang Rp 5 juta untuk membawa Niko ke Pelembang menjalani operasi. Namun ini dengan catatan biaya operasi ditanggung pemerintah,”kata Suarjo.
Dengan kondisi ekonomi yang dihadapi saat ini, Suarjo berharap adanya uluran tangan dari hartawan untuk meringankan bebannya. Selain itu dia berharap pemerintah Kabupaten Musi Rawas dapat peduli membantu kelancaran dalam mengurus administrasi program pengobatan gratis. (*)

Image and video hosting by TinyPic

    ShoutMix chat widget