UTAMA

Sebuah Batu Besar Dijuluki ‘Mbah Keramat’

Keajaiban serta menganggap suatu benda keramat terkadang sulit untuk dipercaya. Seperti halnya batu besar di sekitar Vihara Megang Sakti Lubuklinggau yang dianggap keramat. Berikut laporannya.

B. Santoso, Lubuklinggau

KAMIS (30/9) wartawan koran ini mencoba menyisiri Jalan Riau Kelurahan Jawa Kanan, Kecamatan Lubuklinggau Barat II. Di ujung jalan dengan lebar 4 meter panjang lebih kurang 500 meter dari Jalan Yos Sudarso, terlihat sebuah bangunan megah yang belakangan diketahui Vihara Megang Sakti Lubuklinggau dibangun pada 15 Desember 2004.
Disebelah Vihara, terlihat bangunan kecil berukuran 5x5 meter didalamnya terdapat batu yang cukup besar. ‘Aneh tapi nyata’, kata-kata inilah yang sering terucap ketika orang melihatnya. Sepintas memang batu dengan ukuran diameter lebih dari satu meter itu terlihat biasa tanpa ada keanehen.
Namun jika dipasati terlihat dua gambar yang konon dipercaya menyerupai dewa. Sebelum dianggap keramat, awalnya batu tersebut berada di dalam tanah yang menjurok ke tepian Sungai Kelingi tanpa ada satupun yang tahu. “Orang biasa menyebutnya batu itu ‘Mbah Keramat’. Ada lima batu didalamnya. Satu berukuran besar, dua berukuran sedang dan dua berukuran kecil,” cerita Sumardi alias Asen Ketua pembangunan klenteng Megang Sakti Lubuklinggau kepada wartawan koran ini, Kamis (30/9) malam.
Melihat dari sejarahnya, batu tersebut memang memiliki keanehan dan nyata. Konon kabarnya keanehan timbul saat sebuah alat berat berusaha menggusur lahan di sekitar klenteng untuk untuk dijadikan lapangan olah raga basket pada 2009 lalu. Namun kala itu alat berat yang biasa dijuluki tangan besi tidak mampu menyingkirkan bongkahan batu.
“Dahulu ketika alat berat berusaha menggusur batu ini tiba-tiba mati. Makanya sampai saat tidak kita singkirkan,” ujar Asen.
Sejak batu itu dianggap keramat, pemilik lahan menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat untuk melaksanakan sembahyang. Bahkan menurut keperyaan, semua permintaan yang disampaikan di hadapan batu keramat saat melaksanakan sembahyang akan menjadi kenyataan. (*)