Foto M. Yasin/Linggau Pos
TUNJUK data : Kepala Bidang Pengelolaan TNKS Wilayah III Bengkulu - Sumsel, Donal Hutasoit menunjukan data TNKS.
Pentingnya Menjaga Keanekaragaman Hayati
Kerusakan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) kian menghawatirkan. Berdasarkan hasil penelitian terkini diduga ekosistem dalam kawasan TNKS populasinya terus mengalami penyusutan. Apa dampak dari kerusakan ekosistem, berikut laporanya.
Muhammad Yasin,Lubuklinggau
BEBERAPA ancaman dan gangguan dapat merusak hutan dan ekosistem dalam kawasan TNKS. Gangguan tersebut adalah perambahan, illegal logging, perburuan liar, rencana pembangunan jalan melintasi kawasan dan pertambangan ilegal.
Kepala Balai Besar TNKS Wilayah III Bengkulu - Sumsel, Donal Hutasoit mengatakan, menyusutnya populasi ekosistem hutan dapat menimbulkan kerugian besar bagi manusia. Bahkan dapat menimbulkan bencana alam dan bencana sosial, seperti banjir, tanah longsor, kelaparan dan konflik manusia dengan satwa.
Dia memberi contoh, akibat menyusutnya populasi Harimau Sumatera berdapak tidak terkendalinya populasi babi hutan sehingga berdampak mewabahnya hama babi merusak perkebunan masyarakat. "Harimau Sumatera berfungsi sebagai satwa pengendali pupulasi babi hutan. Karena harimau merupakan satwa pemangsa satwa," katanya memberi contoh di kantor TNKS wilayah V Kota Lubuklinggau, Senin (5/4).
Dia menambahkan, demikain juga sebaliknya kalau populasi babi hutan punah, maka satwa pemangsa seperti Harimau Sumatera akan kekurangan mangsa. Seperti yang terjadi di beberapa daerah baru-baru ini. Harimau Sumatera memangsa hewan ternak milik masyarakat maka terjadilah konflik satwa dan manusia.
Selain itu, kata dia, keaneragaraman hayati juga harus dijaga. "Sangat tidak dianjurkan mengembangkan secara besar-besaran mono spesies tanaman. Sebab ketika tanaman diserang hama sulit untuk dikendalikan. Misalnya hutan dibabat habis lalu dialihkan menjadi perkebunan kelapa sawit. Ketika pohon kelapa sawit terkena hama sulit untuk dikendalikan. Karena tidak ada ekosistem yang mengimbanginya. Dengan adanya hutan dengan beranekaragam tumbu-tumbuhan yang ada di dalamnya dapat menjadi penyeimbang perkebunan maupun pertanian," urainya.
Dia juga menceritakan sejarah pembentukan TNKS. Taman nasional ini merupakan penyatuan dari kawasan-kawasan Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa Rawas Hulu Lakitan-Bukit Kayu Embun dan Gedang Seblat, hutan lindung dan hutan produksi terbatas di sekitarnya yang berfungsi hidro-orologis yang sangat vital bagi wilayah sekitarnya.
Kelompok hutan tersebut merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Batanghari, DAS Musi dan DAS wilayah pesisir bagian barat, DAS tersebut sangat vital peranannya terutama untuk memenuhi kebutuhan air bagi hidup dan kehidupan jutaan orang yang tinggal di daerah tersebut.
Mengingat pentingnya peranan kelompok hutan tersebut, maka pada 4 Oktober 1982, bertepatan dengan Kongres Taman Nasional Sedunia di Bali, gabungan kawasan tersebut diumumkan sebagai TNKS. TNKS merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah sampai ekosistem sub alpin serta beberapa ekosistem yang khas (rawa gambut, rawa air tawar dan danau).
Hutan TNKS memiliki 4.000 jenis tumbuhan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, dengan flora yang langka dan endemic, yaitu pinus kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), kayu pacat (Harpulia Alborera), bunga Rafflesia (Rafflesia Arnoldi) dan bunga bangkai (Amorphophallus Titanium dan A. Decussilvae).
TNKS umumnya masih memiliki hutan primer dengan memiliki enam tipe vegetasi utama didominir oleh formasi, yakni Vegetasi dataran rendah (200 - 600 m dpl), Vegetasi pegunungan/bukit (600 - 1.500 m dpl), Vegetasi montana (1.500 - 2.500 m dpl), Vegetasi belukar gleichenia/paku-pakuan (2.500 - 2.800 m dpl), Vegetasi sub alpine (2.300 - 3.200 m dpl) .
Dalam kawasan TNKS, tidak kurang dari 4.000 jenis flora dengan 63 famili, terdapat di kawasan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, Leguminosae, Lauraceae, Myrtaceae, Bommacaceae, Moraceae, Anacardiaceae, Myristicaceae, Euphorbiaceae dan Meliaceae. Sedangkan pada ketinggian 500 m - 2000 m dpl. didominasi oleh famili Fagaceae, Erycaceae dan semak-semak sub alpin dari jenis Vaccinium dan Rhododendron.
Beberapa jenis vegetasi yang khas di TNKS antara lain, Histiopteris insica (tumbuhan berpembuluh tertinggi) berada di dinding kawah Gunung Kerinci, berbagai jenis Nepenthes sp, Pinus mercusii strain Kerinci, Kayu pacat (Harpullia arborea), Bunga Raflesia (Rafflesia Arnoldi), Agathis sp.
Hasil penelitian Biological Science Club (BScC) pada tahun 1993 di daerah buffer zone ditemukan 115 jenis vegetasi ethnobotanical yang banyak digunakan masyarakat setempat untuk berbagai keperluan seperti untuk obat-obatan, kosmetik, makanan, anti nyamuk dan keperluan rumah tangga.
Fauna yang tedapat dalam Taman Nasional Kerinci Seblat tercatat 42 jenis mamalia (19 famili), diantaranya: Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatrensis), Macan dahan (Neopholis Nebulosa), Harimau Loreng Sumatera (Panthera Tigris Sumatrensis), Kucing emas (Felis termminnckii), Tapir (Tapirus Indica), Kambing Hutan (Capricornis Sumatrensis), 10 jenis reptilian, 6 jenis amphibia, antara lain, Katak Bertanduk (Mesophyrs Nasuta), 6 jenis primata yaitu Siamang (Sympalagus syndactylus) Ungko (Hylobates agilis), Wau-wau Hitam (Hylobates Lar), Simpai (Presbytis Melalobates), Beruk (Macaca Nemestrina) dan Kera Ekor Panjang (Macaca Fascicularis).
Disamping itu sudah tercatat 306 jenis burung (49 famili), diantaranya 8 jenis burung endemik seperti : Tiung Sumatera (Cochoa Becari), Puyuh Gonggong (Arborophila rubirostris), Celepuk (Otus Stresemanni), Burung Abang Pipi (Laphora Iornata).
Pada umumnya topografi Taman Nasional Kerinci Seblat bergelombang, berlereng curam dan tajam dengan ketinggian antara 200 sampai dengan 3.805 meter dpl. Topografi yang relatif datar dengan ketinggian 800 meter dpl terdapat di daerah enclave Kabupaten Kerinci.
Secara umum curah hujan di kawasan ini cukup tinggi dan merata. Rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 3.000 mm. Musim hujan berlangsung dari bulan September - Pebruari dengan puncak musim hujan pada bulan Desember. Sedangkan musim kemarau berlangsung dari April - Agustus. Suhu udara rata-rata bervariasi yaitu 28° C di dataran rendah, 20° C di Lembah Kerinci dan 9° C di puncak Gunung Kerinci. Kelembaban 80-100%.
Obyek Wisata Alam dan Fenomena Alam Gunung Kerinci (3.805 m dpl) : gunung tertinggi di Sumatera yang masih aktif, dapat didaki sampai puncak melalui jalan setapak dari Kersik Tuo selama 12 jam. Danau Gunung Tujuh (1.996 m dpl) : merupakan kawah mati yang berisi air tawar seluas 1.000 Ha (panjang 4,5 km dan lebar 3 km), yang dikelilingi oleh 7 gunung dan meruapakn danau air tawar tertinggi di Asia, dapat dicapai melalui jalan setapak dari Pelompek selama 3 jam.
Bukit Tapan, padang satwa Inum Raya merupakan padang penggembalaan dan habitat berbagai jenis mamalia besar (gajah, harimau, rusa, tapir) yang langsung dapat dilihat. Dari Sungai Penuh ke lokasi selama 6-10 jam dengan kendaraan bus dan jalan setapak.
Gunung Seblat (2.383 m dpl) : memiliki fenomena alam yang sangat unik dengan adanya padang-padang penggembalaan yang luas dengan berbagai jenis primata, terdapat bunga raksasa Raflesia Arnoldi, dapat dicapai dari Muara Aman ke lokasi dengan jalan kaki selama 12 jam.
Bukit Gedang Seblat dan Bukit Kayu Embun : merupakan habitat badak sumatera, gajah dan harimau. Dapat dicapai dari Muko-muko ke lokasi dengan jalan kaki selama 10 jam.
Rawas Ulu Lakitan : memiliki potensi berupa air terjun S. Ampar, air terjun S. Keruh, air terjun S. Kerali, air terjun S. Koten dengan dinding-dinding yang terjal dan arus sangat deras yang baik untuk rafting. Dapat ditempuh dari napal Licin antara 1-3 jam.
Gunung Masurai terletak di Desa Sungai Lalang Kecamatan Muara Siau Kabupaten Surolangun Bangko (6,5 jam dari Kota Bangko). Disini terdapat hutan hujan tropis.
Goa Napal Licin dan Kasah. Melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit. Grao Solar, Nguak dan Kunyit. Melihat semburan air panas setinggi 15 meter dan pengamatan satwa. Letter W. Melihat bunga Rafflesia dan bunga bangkai, serta kelinci sumatera.
Sebagaimana diketahui TNKS terletak di 4 wilayah propinsi yaitu Sumatera Barat (Sumbar), Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan (Sumsel). Sebagian besar kawasan taman nasional ini merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Selatan di Pulau Sumatera bagian tengah.
Secara geografi TNKS terletak pada 100°31'18" - 102°44' Lintang Timur dan 17'13" - 326'14" Lintang Selatan. Luas Taman Nasional Kerinci Seblat (hasil tata batas) ditetapkan seluas 1.368.000 Ha dengan perincian, di Provinsi Sumbar seluas 353.780 Ha (25,86%), Jambi seluas 422.190 Ha (30,86%). Kemudian Propinsi Bengkulu seluas 310.910 Ha (22,73%) terletak dan di Sumsel seluas 281.120 Ha (20,55%). Walayah TNKS tersebar di 9 kabupaten, 43 kecamatan dan 134 desa. Sedangkan luas kawan TNKS di Kota Lubuklinggau mencapai 6.616 ha. Sedangkan di Kabupaten Musi Rawas (Mura) luasnya sekitar 243.997 Ha.(*)
0 komentar