Dari kiri : M Syafei Slamet, Acep Gunawan dan Buyung Kirana, sedang menulis surat undangan dan meregistrasi peserta open tournament bridge walikota Cup se-Sumbagsel. Foto diabadikan, Jumat (12/3).
Kerja Panita Pelaksana Tournamen Bridge Walikota Cup
Cabang olahraga (Cabor) Bridge di Indonesia belum sepopuler seperti bidang olahraga lainnya, sebut saja sepakbola. Hal ini terjadi karena masih berkembang anggapan masyarakat tertentu bahwa Bridge termasuk permainan judi. Di lain sisi masih minim pula kegiatan sosialisasi tentang Cabor satu ini. Lantas apa kaitannya dengan perhelatan yang akan digelar Pengurus Cabang (Pengcab) Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (GABSI) Kota Lubuklinggau? Berikut laporannya.
Rehanudin Akil, Lubuklinggau
SEHARI menjelang pelaksanaan perhelatan Open Tournamen Bridge Berpasangan Walikota Cup se-Sumatera Bagian Selatan, Jumat (12/3), koran ini bertandang ke sekretariat pantia pelaksana (Panpel).
Salah satu misi mengunjungi sekretariat untuk mengetahui kesiapan panitia, menggelar event yang bisa dibilang tidak kecil tersebut. Apalagi momentum perhelatan kegiatan olahraga itu panitia bukan hanya memiliki agenda tunggal, melainkan ada tiga kegiatan utama. Antara lain, pengukuhan kepengurusan Pengcab GABSI Kota Lubuklinggau periode 2010-2014, open tournament Bridge Walikota Cup se-Sumbagsel 2010, dan Musyawarah Daerah (Musda) pengurus GABSI Provinsi Sumatera Selatan.
Tepat pukul 10.00 WIB, kemarin (12/3), saya memasuki ruang sekretariat panpel, di gedung SDN 58 Lubuklinggau, Jalan Yos Sudarso KM 10 Kelurahan Simpang Periuk, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II Kota Lubuklinggau. Ruangan tersebut dalam kesehariannya biasa dipakai sebagai Sekretariat Klub Olahraga (Gugus 14) Muda Gemilang, milik Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SDN 58 Kota Lubuklinggau.
Kedatangan saya disambut sekretaris umum (Sekum) Pengcab GABSI Kota Lubuklinggau, M Syafei Slamet, Buyung Kirana (Wasekum) dan Acep Gunawan (Ketua Harian). Ketiga orang ini juga sekaligus mewakili para anggota panpel kegiatan GABSI Kota Lubuklinggau sebagaimana disebutkan.
Berbagai bentuk persiapan telah dilakukan panpel menjelang pelaksanaan rangkaian kegiatan GABSI Kota Lubuklinggau. Demikian dikatakan, M Syafei Slamet, mengawali perbincangan dengan saya. Diantaranya berkoordinasi ke sesama anggota Pengcab GABSI Bumi Sebiduk Semare, Pemkot Lubuklinggau, dinas/instansi terkait, pihak sponsor, konfirmasi pada calon peserta, menyiapkan dewan juri, menyediakan tempat acara, akomodasi. Bukan hanya itu, panitia juga harus menyusun jadwal kegiatan, membuat surat undangan untuk pejabat dan tamu penting, menjalin kerjasama dengan media, memasang spanduk serta banyak lagi kegiatan teknis lainnya.
“Inti dari kerja keras ini, kami ingin sukses menjadi tuan rumah dan penyelenggara kegiatan yang baik. Dan tidak kalah pentingnya ingin menggapai prestasi terbaik dalam kompetisi Bridge kali ini,” tutur pria jangkung biasa disapa Slamet.
Salah satu tujuan penyelenggaraan rangkaian kegiatan GABSI ini, lanjut Slamet, sebagai bagian mensosialisasikan Cabor Bridge, khususnya di Kota Lubuklinggau. Selain itu untuk persiapan menghadapi Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Bridge di Kota Batam Kepulauan Riau, April 2010 mendatang.
“Dibalik semua kegiatan ini, tidak terlepas dari inisiatif dan ide besar Ketua Umum Pengcab GABSI Kota Lubuklinggau, SN Prana Putra Sohe,” imbuh Slamet.
Sementara Acep Gunawan menjelaskan, secara singkat sejarah permainan Bridge. Menurut pria penyandang sertifikat pelatih catur internasional dan sertifikat pelatih Bridge nasional ini, permaian Bridge pertama kali diperkenalkan di Inggris, sejak masa William Shakespeare. Kemudian sekitar abad ke-19 dipopularkan oleh Edmond Hoyle. “Saat itu Bridge masih dianggap sebagai permainan biasa. Belum ada aturan, baik biding maupun teknis perhitungannya,” kata Acep Gunawan.
Kemudian pada 1925, lanjutnya, semakin dipopulerkan oleh Harold S Vanderbilt. Bahkan atas permintaan Harold lah ada sistem pengujian tabel skor permainan Bridge. Hingga sekarang perkembangan Bridge internasional termasuk olahraga yang populer karena dimainkan oleh orang-orang terkenal. Seperti, CEO Microsoft Bill Gates, bintang film kenamaan asal Mesir, Omar Sharif dan bahkan digemari mantan juara catur dunia, Anatoly Karpov.
“Olahraga bridge, tergolong cabor yang mengasyikkan dan mempunyai banyak aspek. Seperti pengembangan pola pikir, intelegensi, analisa dan pengambilan keputusan akurat, cepat, dan tepat,” papar Acep.
Lantas bagaimana perkembangan Bridge di Kota Lubuklinggau? Mendapat pertanyaan ini Acep Gunawan tampak semangat menjelaskan, bahwa atlet asal Bumi Sebiduk Semare pernah mengukir prestasi tingkat nasional, yaitu penyabet juara I pada event Kejurnas Bridge Pelajar ke-5 pada 2008 di Serpong, Banten.
“Atas prestasi tersebut, atlet Bridge tingkat pelajar SD,SMP, Kota Lubuklinggau, akan mewakili Sumatera Selatan pada Kejurnas Bridge di Batam Kepulauan Riau. Diharapkan dengan Open Tournamen Bridge Berpasangan Walikota Cup se-Sumatera Bagian Selatan, serta kegiatan GABSI di sini, bisa merubah pandangan sebagian masyarakat yang menganggap Bridge sebagai permainan judi,” harapnya.
Sekedar diketahui, kegiatan yang mengusung tema, Bridge bukan judi tetapi permainan yang meningkatkan intelegensi, moralitas, sportifitas serta fair play, dipusatkan di Ballroom Hotel Abadi Lubuklinggau. Meliputi acara pengukuhan Pengcab GABSI Kota Lubuklinggau masa bakti 2010-2014, Sabtu (13/3) sekitar pukul 08.00 WIB hingga selesai. Kemudian pada pukul 14.00 WIB, acara pembukaan Open Tournamen Bridge Berpasangan Walikota Cup se-Sumatera Bagian Selatan. Sedangkan kegiatan Musda Pengurus GABSI Sumsel dilaksanakan Minggu (14/3) sekitar pukul 14.00 WIB.(*)
0 komentar