Program Kerja Lurah Pasar Pemiri, Muhammad Ikbal
Kebersihan menjadi program kerja utama dari Lurah Pasar Pemiri, Muhammad Ikbal. Setelah dilantik serta diambil sumpah oleh Walikota Lubuklinggau, H Riduan Effendi pada 15 Desember 2009, ia bertekad menjalankan program tersebut.
Leo Mura, Pasar Pemiri
ALUMNI Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri (STIPDN) 2005 ditemui di kantornya Jalan Garuda Hitam, Kelurahan Pasar Permiri, Kecamatan Lubuklinggau Barat I, Rabu (10/3), mengaku sudah memiliki program kerja dengan target utama menekankan kebersihan di Kelurahan Pasar Permiri.
Menurut Ikbal, sapaan lurah ini, program kerja harus diterapkan kepada masyarakat sebab warga yang tinggal di kawasan Pasar Permiri masih kurang kesadaran untuk membersihkan lingkungannya. Selain itu untuk mendukung Pemkot Lubuklinggau untuk meraih Adipura 2010.
Lelaki kelahiran Lubuklinggau, 22 Juli 1982 telah berusaha mengontrol masalah kebersihan di kawasan pasar. Sampai-sampai ia sendiri turun langsung bersama staf membersihkan kawasan yang penuh dengan tumpukan sampah.
Kenapa bisa begitu?
“Saya berupaya menjadi contoh bagi masyarakat. Sebab kata Rasulullah SAW jika kamu ingin mengajak orang untuk melakukan sesuatu maka awali dari diri pribadimu. Karena saya pikir dengan jalan ini warga justru tidak merasa diperintah. Dan mau membersihkan lingkungan sekitar Pasar Permiri tanpa ada paksaan,” tegas Ikbal saat ditemui setelah mengontrol lingkungan Pasar Permiri.
Selain itu untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat, Ikbal yang memiliki postur tinggi badan 178 cm dengan bobot 65 kg telah mengadakan program gerobak sampah di SDN 22 dan 23. Alasannya, volume sampah di kawasan itu sangat banyak. Sehingga dengan diadakan gerobak sampah masyarakat yang tinggal di sana tidak membuang sampah sembarangan.
Suami Risma Ayu ini menambahkan, berbagai macam cara yang dilakukannya mendukung program Pemkot Lubuklinggau meraih piala Adipura, salah satunya mengajak warga untuk gotong royong. Ia juga ingin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. “Pelayanan adalah modal utama kita kepada masyarakat dalam membangun suatu sistem. Terbukti, jika pelayanan kita kurang warga enggan untuk masuk ke sistem yang kita terapkan. Mungkin dengan adanya pelayanan yang memuaskan masyarakat akan bisa masuk ke sistem yang kita terapkan,” papar Ikbal.
Ditambahkan buah hati pasangan suami istri, Suherman dan Nuraini, ingin mendekatkan diri kepada lembaga pemberdaya masyarakat agar bisa mengsinkronkan program kerjanya. Ia juga berencana akan membeli motor sampah seperti dilakukan Kelurahan Bandung Kanan. Tujuannya untuk mewujudkan apa yang diinginkan.(*)
0 komentar