Image Hosting
Image Hosting


q Bagus-Sefti, Atlet Bridge Berbakat Kota Lubuklinggau

Prestasi olahraga bridge tingkat umum Kota Lubuklinggau belum terdengar. Tetapi untuk tingkat anak-anak atau mini Bridge gaungnya sudah sampai tingkat nasional. Prestasi membanggakan itu diukir oleh dua anak yatim (tak punya ayah lagi), yaitu Bagus Wijaya Pratama dan Sefti Qurniati Komsi. Berikut penuturannya.

Rehanudin Akil, Lubuklinggau

SECARA objektif Wakil Walikota (Wawako) SN Prana Putra Sohe, yang baru saja dilantik menjadi Ketua Umum Pengurus Cabang (Pengcab) Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (GABSI) Kota Lubuklinggau, mengakui bahwa prestasi olahraga Bridge tingkat umum di daerahnya belum menonjol. Kendati demikian, Nanan (sapaan SN Prana Putra Sohe, red), optimis Bridge kedepannya akan berkembang lebih baik di Bumi Sebiduk Semare. Pasalnya, cukup banyak anak tingkat Mini Bridge sedang giat berlatih dan mencintai cabang olahraga satu ini. “Bahkan ada atlet Mini Bridge yang sudah menyabet medali emas dikejuaraan nasional,” ungkap Wawako di hadapan pengurus daerah GABSI Sumsel dan komunitas Bridge berasal dari Sumatera Bagian Selatan, Sabtu (13/3).

Saat Wawako dengan bangga mengapresiasi prestasi atlet Mini Bridge, pandangan saya langsung tertuju pada dua sosok anak beranjak remaja, Bagus Wijaya Pratama dan Sefti Qurniati Komsi. Lantas hati kecil saya pun berkata, kedua anak inilah yang dimaksudkan Wawako. Walaupun sebenarnya cukup banyak anak sebaya dan termasuk komunitas Bridge juga.

Keduanya (Bagus dan Sefti), memang hadir pada acara pengukuhan Pengcab GABSI Kota Lubuklinggau masa bhakti 2010-2014, Sabtu (13/3), di Ballroom Hotel Abadi Lubuklinggau. Kedatangannya bukan karena untuk upacara seremonial belaka, melainkan siap bertarung dalam kejuaraan, ‘Open Tournamen Bridge Berpasangan Walikota Cup se-Sumatera Bagian Selatan’.

Usai menyaksikan prosesi pengukuhan Pengcab GABSI Kota Lubuklinggau masa bhakti 2010-2014, koran ini langsung merapat ke tempat duduk Bagus dan Sefti. Kebetulan pula saat bersamaan spontan mendekat pula Acep Gunawan dan Ny Zainab.
Kedua sosok terakhir disebutkan, Acep Gunawan, merupakan guru sekaligus pembina olahraga Bridge. Sedangkan Ny Zainab sendiri selain guru Bagus dan Sefti, wanita berkerudung itu adalah ibu kandung Sefti. Perbincangan berlangsung cukup singkat dan efektif, mengingat padatnya kegiatan masing-masing narasumber.

Bagus dilahirkan di Lubuklinggau, 28 Agustus 1997, dengan nama lengkap Bagus Wijaya Pratama. Ia merupakan anak pertama dari dua saudara, buah hati pasangan mendiang Asep Wijaya dan Surmanila. Sedangkan, Sefti Qurniati Komsi, lahir di Lubuklinggau, 22 Juli 1997, bungsu dari empat saudara, anak pasangan (Alm) M Yunus dan Ny Zainab.
Bagus dan Sefti sama-sama lulusan SDN 58, satu-satunya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Kota Lubuklinggau. Sekarang keduanya juga tercatat sebagai siswa SMPN 2 Lubuklinggau. Berada dibawah naungan Club Olahraga Muda Gemilang, Bagus dan Sefti pernah meraih prestasi terbaik dalam permainan Bridge tingkat nasional.

“Kejurnas Bridge tingkat SD pada 2007 di Medan Sumatera Utara, tidak mendapatkan juara hanya sebagai partisipan dan mewakili Sumatera Selatan (Sumsel). Kemudian, Kejurnas Bridge tingkat SD 2008 di Serpong Banten. Kami meraih juara I dan berhak membawa pulang medali emas,” ungkap Bagus dan Sefti secara bergantian serta saling melengkapi.

Sedangkan event kejuaraan Bridge lokal, seperti Olimpiade Olahraga Sumsel, November 2008. Saat itu, Sefti berpasangan dengan rekan sebayanya Putera Anugerah Gemilang (anak Acep Gunawan,red), menyabet medali perak. Kemudian pada event kejuaraan Mini Bridge Kota Lubuklinggau dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2009, Sefti dan rekannya Talita menggondol medali emas.

Rekan sebaya Bagus dan Sefti asuhan Acep Gunawan, tercatat sudah ada enam pasang atau 12 orang atlet Mini Bridge tergolong paling berbakat. Untuk menjadi bagian kelompok atlet berbakat tersebut tidak gampang. “Kami harus masuk dalam lima besar juara kelas. Khusus pelajaran Matematika minimal mendapatkan nilai 7 di buku rapor. Sebab permainan Bridge membutuhkan kecepatan, tepat, akurat dalam analisa dan mengambil keputusan,” ungkap Bagus.

Selain itu, tambah Sefti, saat bermain Bridge pasangan harus mahir berkomunikasi menggunakan kartu (contract). Saat ditanya target prestasi, tanpa ragu Bagus dan Sefti sama-sama berharap bisa bermain Bridge hingga pentas dunia (internasional).
Mendengar jawaban lantang kedua muridnya, Acep Gunawan, hanya tersenyum. Di tempat terpisah pria penyandang sertifikat Pelatih Mini Bridge Nasional dan sertifikat Pelatih Catur Internasional itu mengungkapkan kekhawatirannya. “Kendala utama untuk melakukan pembinaan atlet Mini Bridge berprestasi karena keterbatasan dana,” ungkapnya lirih.(*)

Image and video hosting by TinyPic

    ShoutMix chat widget